Waspada! Indonesia Jadi Target Utama Serangan Siber, Ini Kata Kaspersky
Waspada! Indonesia Jadi Target Utama Serangan Siber, Ini Kata Kaspersky

Waspada! Indonesia Jadi Target Utama Serangan Siber, Ini Kata Kaspersky

SpekPintar – Indonesia kini jadi sasaran empuk para penjahat siber. Laporan terbaru dari Kaspersky, perusahaan keamanan siber global, mengungkap peningkatan signifikan serangan ransomware dan Advanced Persistent Threats (APT) yang menghantui bisnis dan sektor-sektor penting di Tanah Air. Bahkan, data menunjukkan Indonesia memegang rekor tak mengenakkan: negara dengan insiden ransomware terbanyak se-Asia Tenggara.

Waspada! Ransomware Makin Menggila di Indonesia

Juara Serangan Ransomware di Asia Tenggara

Sepanjang tahun lalu, Kaspersky mencatat ada 57.554 serangan ransomware di Indonesia. Angka ini jauh lebih tinggi dari negara-negara tetangga, sekaligus jadi alarm betapa rentannya sistem dan jaringan kita terhadap ancaman siber. Serangan ini bukan cuma bikin rugi secara finansial, tapi juga bisa mengganggu jalannya bisnis dan layanan publik.

FunkSec: Modus Baru Ransomware dengan Sentuhan AI

Yang bikin ngeri, Kaspersky juga menyoroti sepak terjang kelompok ransomware bernama FunkSec. Mereka ini memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) buat melancarkan serangan. FunkSec digambarkan sebagai wajah kejahatan siber masa depan, beroperasi dalam skala besar dengan tebusan yang relatif “kecil” (mulai dari 10.000 Dolar AS) demi memaksimalkan keuntungan. Kelompok ini jago banget beradaptasi dan incarannya pun beragam.

Siapa Saja yang Jadi Korban?

FunkSec dan kelompok ransomware lainnya nggak pilih-pilih target. Sektor pemerintahan, teknologi, keuangan, sampai pendidikan jadi sasaran empuk. Akibatnya bisa fatal: lumpuhnya layanan publik, kebocoran data sensitif, dan rusaknya reputasi organisasi.

Tantangan Keamanan Siber di Era Digital

Ekonomi Digital Booming, Serangan Siber Ikutan Naik

Pesatnya pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, ditambah adopsi teknologi baru seperti Internet of Things (IoT), AI, dan 5G, ternyata jadi magnet bagi para penjahat siber. Ibaratnya, makin banyak gula, makin banyak semut. “Masa depan siber Indonesia menjanjikan pertumbuhan pesat, tetapi juga menghadirkan tantangan keamanan yang semakin kompleks,” ujar Igor Kuznetsov, Direktur Tim Riset & Analisis Global Kaspersky (GReAT), saat bertemu media di Jakarta.

Saatnya Ubah Strategi Pertahanan Siber

Menghadapi ancaman yang makin canggih, strategi pertahanan siber nggak bisa lagi sekadar reaktif, tapi harus proaktif. Kuznetsov menekankan bahwa “pertahanan siber seharusnya tidak lagi terbatas pada ‘pengamanan sistem’, melainkan menjadi bagian dari strategi pertahanan aktif.” Artinya, organisasi harus punya kemampuan untuk mendeteksi, menganalisis, dan merespons serangan siber secepat mungkin.

Lindungi Infrastruktur Informasi Vital Negara

Bangun “Postur Digital Aktif

Pemerintah sebenarnya sudah mengambil langkah-langkah untuk melindungi infrastruktur informasi vital (VII) nasional. Tapi, perlindungan ini harus terus ditingkatkan seiring perkembangan ancaman siber. “Bangsa yang berhasil dalam persaingan digital bukanlah bangsa dengan peralatan termahal, melainkan bangsa yang mampu membangun postur digital aktif, dimulai dengan kombinasi kemampuan teknis, kesadaran yang kuat, dan keberanian untuk bertindak sebelum serangan terjadi,” lanjut Kuznetsov. “Postur digital aktif” ini mencakup investasi di teknologi keamanan siber, pelatihan SDM, dan peningkatan kesadaran masyarakat akan ancaman siber.

APT: Momok yang Menghantui Organisasi

Kelompok APT Aktif Beraksi di Indonesia

Selain ransomware, organisasi di Indonesia juga harus waspada terhadap ancaman dari kelompok APT. Mereka ini terkenal dengan teknik serangan yang canggih dan kemampuan bersembunyi di dalam sistem dalam waktu lama. Kaspersky mencatat beberapa kelompok APT yang aktif menargetkan Indonesia di tahun 2024, seperti Mysterious Elephant, Spring Dragon, Ocean Lotus, Toddycat, Lazarus, dan Tetris Phantom.

SideWinder: Musuh Paling Agresif di Asia Pasifik

Dari sekian banyak kelompok APT, SideWinder jadi yang paling menonjol. Kelompok ini mengincar pemerintah, militer, dan entitas diplomatik di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, dengan taktik spear phishing dan platform serangan canggih. Spear phishing itu semacam penipuan yang menargetkan individu tertentu dengan email atau pesan yang dipersonalisasi untuk mencuri informasi atau menyebarkan malware. SideWinder juga jago mengembangkan malware yang disesuaikan dengan target spesifik.

Intinya, peningkatan serangan siber di Indonesia ini jadi peringatan keras buat semua pihak. Investasi di keamanan siber, peningkatan kesadaran, dan kolaborasi antar pemangku kepentingan adalah kunci untuk melindungi Indonesia dari ancaman siber yang terus berkembang. Kalau kita nggak bergerak cepat, kerugian ekonomi dan gangguan stabilitas nasional akibat serangan siber bisa makin parah di masa depan. ***

About nadira

Tech enthusiast, laptop hunter, dan pecinta warna pastel. Multitasking adalah nama tengahku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *