SpekPintar – Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) baru-baru ini bikin heboh dengan pengakuan yang cukup mencengangkan. Mereka bilang, beberapa anggotanya merasa “dipalak” saat ngurus sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker). Pengakuan ini muncul di tengah ramainya berita soal kasus dugaan korupsi yang menyeret mantan Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer. Istilahnya sih “upeti” bulanan. Waduh! Ini jelas nambahin daftar panjang masalah di sektor ketenagakerjaan yang lagi diusut tuntas sama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Duit Setoran Bulanan? Oknum Kemnaker Diduga Terlibat
IDPRO Buka-bukaan Soal “Upeti” K3
Ketua Umum IDPRO, Hendra Suryakusuma, cerita kalau ada anggotanya yang merasa dipaksa buat ngasih sejumlah uang secara rutin biar urusan sertifikasi K3 di Kemnaker lancar jaya. Praktik ini disebutnya “bayar setoran” yang katanya berkaitan sama standar operasional prosedur (SOP) K3.
“Jadi, ya mungkin udah pada denger ya soal masalah K3 ini? Beberapa anggota kami sempat dimintain duit, kayak semacam setoran gitu deh, buat memenuhi SOP K3,” kata Hendra waktu konferensi pers di Jakarta, Jumat (29/8/2025). Dari omongannya, keliatan banget kalau permintaan duit ini langsung nyambung ke proses sertifikasi yang harusnya transparan dan gak ada biaya tambahan di luar ketentuan resmi.
Nominalnya Bikin Geleng-Geleng Kepala
Meski Hendra gak mau nyebutin siapa aja oknum yang terlibat, dia nyebutin kalau nominal yang diminta itu bisa sampai jutaan rupiah tiap bulan. “Besarannya beda-beda, tapi yang paling sering kami denger itu sekitar Rp 3 juta per bulan per perusahaan,” jelasnya. Jumlah segitu jelas berat buat pengusaha data center, apalagi yang masih kecil dan menengah.
IDPRO bilang, jumlah segitu tuh gede banget, apalagi biaya operasional data center udah lumayan tinggi. Adanya “upeti” bulanan ini gak cuma nambahin beban finansial, tapi juga bikin iklim bisnis jadi gak sehat dan bisa ngalangin investasi di sektor data center Indonesia. “Ini tuh sayang banget, harusnya kita fokus buat ngembangin infrastruktur digital, eh malah dibebani sama praktik-praktik kayak gini,” imbuh Hendra.
Udah Dilaporin ke Polisi, Kok!
IDPRO juga udah ngelaporin keluhan ini ke pihak berwajib, lho. Kata Hendra Suryakusuma, laporan itu udah ditindaklanjuti, dan masalahnya sekarang udah kelar. “Ada beberapa detail yang gak bisa kami sebutin secara terbuka, tapi yang jelas kami udah ngelaporin ini ke pihak yang berwenang. Alhamdulillah, sekarang masalahnya udah ditangani,” terangnya. Tapi, IDPRO tetep berharap kejadian kayak gini gak bakal keulang lagi di masa depan.
Kita berharap banget investigasi lebih lanjut dari pihak berwajib bisa ngebongkar jaringan praktik “upeti” ini secara menyeluruh, dan ngehukum oknum-oknum yang terlibat. Transparansi dan akuntabilitas dalam proses sertifikasi K3 di Kemnaker itu penting banget buat nyegah kejadian serupa terulang lagi.
Kasus Korupsi yang Bikin Immanuel Ebenezer Jadi Tersangka
KPK Langsung Bergerak, Tetapkan Tersangka
Kasus dugaan permintaan “upeti” ini makin panas setelah KPK nahan mantan Wamenaker Immanuel Ebenezer dalam kasus dugaan pemerasan terkait pengurusan sertifikasi K3. KPK langsung nentuin Immanuel Ebenezer jadi tersangka bareng sepuluh orang lainnya setelah ngelakuin operasi tangkap tangan (OTT).
Ketua KPK, Setyo Budiyanto, ngumumin penetapan tersangka itu di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Jumat (22/8/2025). “Setelah ngelakuin pemeriksaan intensif dan nemuin minimal dua alat bukti yang cukup, KPK nentuin sebelas orang jadi tersangka,” tegas Setyo.
Siapa Aja yang Ikutan Jadi Tersangka?
Selain Immanuel Ebenezer, sepuluh tersangka lainnya yang juga ditahan adalah Koordinator Bidang Kelembagaan dan Personil K3 Irvian Bobby Mahendro, Koordinator Bidang Pengujian dan Evaluasi Kompetensi Keselamatan Kerja Gerry Aditya Herwanto Putra, Sub Koordinator Keselamatan Kerja Ditjen Bina K3 Subhan, dan Sub Koordinator Kemitraan dan Personel Kesehatan Kerja Anita Kusumawati.
Ada juga Ditjen Binwasnaker dan K3 Fahrurozi, Direktur Bina Kelembagaan Hery Sutanto, Subkoordinator Sekarsari Kartika Putri, Koordinator Supriadi, dan dua pihak swasta dari PT KEM Indonesia, yaitu Temurila dan Miki Mahfud. Penahanan dilakuin selama 20 hari, mulai dari tanggal 22 Agustus sampai 10 September 2025, di Rutan cabang KPK Gedung Merah Putih.
Pasal yang Dilanggar, Berat Juga!
Para tersangka diduga ngelanggar Pasal 12 huruf (e) dan/atau Pasal 12B UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana udah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Pasal-pasal ini ngatur tentang tindakan pemerasan dan suap yang dilakuin sama penyelenggara negara dalam ngejalanin tugasnya.
KPK terus nyelidikin kasus ini buat nyari kemungkinan ada pihak lain yang terlibat, dan nyari tau aliran dana hasil korupsi. Kasus ini jadi momentum buat pemerintah buat ngelakuin reformasi birokrasi di Kemnaker, khususnya dalam proses sertifikasi K3, biar lebih transparan, efisien, dan bebas dari praktik korupsi. Dengan begitu, kita berharap iklim investasi di Indonesia bakal makin kondusif dan daya saing bangsa meningkat.
Ke depannya, IDPRO berharap pemerintah bisa ngambil langkah konkret buat mastiin proses sertifikasi K3 jalan transparan dan akuntabel, jadi gak ada lagi praktik “upeti” yang ngeberatin pengusaha. Sinergi antara pemerintah dan pelaku industri data center dibutuhin buat nyiptain ekosistem bisnis yang sehat dan ngedukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. ***