SpekPintar – Di tengah panasnya aksi demonstrasi, sebuah video mendadak viral. Dalam rekaman itu, seorang pria yang diduga sebagai sniper dari intelijen diteriaki “pembunuh” oleh kerumunan massa. Sontak, video ini memicu tanda tanya besar soal sejauh mana keterlibatan intel dalam aksi unjuk rasa yang sedang berlangsung. Apalagi, kejadian ini terekam saat malam hari, menambah kesan mencekam di tengah sorotan tajam terhadap aksi demonstrasi dan dugaan penggunaan kekuatan berlebihan oleh aparat.
Video Viral dan Dugaan Sniper Intel
Video yang beredar luas itu memperlihatkan seorang pria yang dicurigai sebagai anggota intelijen jadi pusat perhatian massa. Dengan sorotan lampu biled (proyektor LED) di kegelapan malam, pria itu diteriaki “pembunuh” oleh beberapa orang. Lokasinya diduga kuat berada di sekitar Kwitang, Jakarta Pusat, yang belakangan ini jadi titik kumpul para demonstran. Kabarnya, massa ini hendak bergerak menuju Mako Brimob, menyusul kabar duka seorang pengemudi ojek daring bernama Affan Kurniawan yang diduga tewas terlindas kendaraan taktis (rantis) milik Brimob.
Video ini langsung menyebar seperti api dan memicu beragam spekulasi di kalangan netizen. Banyak yang bertanya-tanya, siapa pria itu dan apa tujuannya berada di tengah aksi demonstrasi. Sayangnya, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari kepolisian atau badan intelijen terkait identitas maupun maksud kehadiran pria tersebut. Justru, diamnya pihak berwenang ini semakin membuat suasana panas dan menambah keraguan publik terhadap tindakan aparat keamanan.
Reaksi Massa dan Ketiadaan Konfirmasi
Reaksi massa yang berteriak “pembunuh” kepada pria itu menunjukkan betapa dalamnya ketidakpercayaan dan amarah mereka terhadap aparat. Teriakan itu, meski belum bisa dipastikan kebenarannya, mencerminkan persepsi negatif sebagian masyarakat terhadap kinerja intelijen dan aparat keamanan dalam mengendalikan demonstrasi. Sementara itu, pihak berwenang seolah tutup mulut. Kurangnya transparansi dan informasi yang akurat hanya memperburuk keadaan dan memicu spekulasi liar di media sosial.
“Kami mendesak pihak berwenang untuk segera menjelaskan video yang viral ini,” ujar seorang pengamat politik yang memilih anonim. “Transparansi dan akuntabilitas itu kunci untuk membangun kepercayaan publik pada aparat.”
Keterlibatan Intel dalam Demonstrasi: Dugaan dan Kejadian Sebelumnya
Sebenarnya, dugaan keterlibatan intelijen dalam demonstrasi bukan barang baru. Beberapa kejadian sebelumnya juga memunculkan kecurigaan serupa. Praktik penyusupan intelijen dalam aksi unjuk rasa sering kali mengundang kontroversi, karena dianggap melanggar hak-hak sipil dan kebebasan berekspresi.
Unjuk Rasa Depan Gedung DPR RI
Ingatkah Anda dengan aksi demonstrasi di depan Gedung DPR RI tanggal 25 Agustus lalu yang menolak kenaikan tunjangan anggota dewan? Aksi itu juga diduga disusupi intelijen. Kecurigaan ini muncul setelah video viral memperlihatkan seorang pria berpakaian kasual yang diduga aparat intelijen terkena lemparan ban bekas dari demonstran. Meski belum ada konfirmasi resmi, banyak warganet yang menghubungkannya dengan aksi unjuk rasa yang sedang berlangsung. Momen itu pun menjadi viral dan memicu perdebatan sengit di dunia maya.
Dalam video tersebut, pria itu terlihat mengamati jalannya aksi unjuk rasa dengan fokus. Namun, tiba-tiba sebuah ban mobil bekas melayang dan mengenai tubuh bagian atas serta kepalanya. Ia tampak kaget dan marah, namun kemudian ditenangkan oleh seorang polisi berseragam yang berada di dekatnya.
Unjuk Rasa Tolak RUU TNI
Dugaan penyusupan intelijen juga mewarnai aksi unjuk rasa menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) TNI pada Maret 2025. Seorang pria yang dicurigai sebagai intelijen ketahuan menyusup dalam demonstrasi tersebut. Identitas dan motifnya masih misteri, namun kejadian ini menambah panjang daftar dugaan keterlibatan intelijen dalam aksi-aksi unjuk rasa di Indonesia.
“Penyusupan intelijen dalam demonstrasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan informasi dan memantau pergerakan massa,” jelas seorang mantan anggota intelijen yang juga enggan disebut namanya. “Tapi, praktik ini berpotensi melanggar hak-hak sipil dan kebebasan berekspresi.”
Menurut data terbaru dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH), ada peningkatan signifikan laporan terkait tindakan represif aparat keamanan terhadap peserta demonstrasi dalam beberapa tahun terakhir. Laporan itu mencakup berbagai bentuk pelanggaran, seperti kekerasan fisik, penangkapan sewenang-wenang, dan intimidasi. Data ini menunjukkan adanya masalah serius dalam penanganan aksi unjuk rasa oleh aparat keamanan.
Namun, pihak kepolisian selalu membantah tuduhan tersebut dan mengklaim bahwa tindakan yang dilakukan sudah sesuai prosedur. Polisi juga menegaskan bahwa kehadiran mereka di lokasi demonstrasi adalah untuk menjaga ketertiban dan mencegah tindakan anarkis.
Ke depan, dialog yang konstruktif antara aparat keamanan, masyarakat sipil, dan pihak-pihak terkait sangat penting untuk mencari solusi yang adil dan proporsional dalam menangani aksi unjuk rasa. Transparansi, akuntabilitas, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah kunci utama untuk membangun kepercayaan publik terhadap aparat keamanan. Kasus video viral pria yang diduga sniper intel ini menjadi momentum penting untuk mengevaluasi kembali praktik-praktik intelijen dan penegakan hukum di Indonesia. ***