Curhat Pengusaha Data Center di Indonesia, Antara Persaingan Sengit dan Oknum Meresahkan
Curhat Pengusaha Data Center di Indonesia, Antara Persaingan Sengit dan Oknum Meresahkan

Curhat Pengusaha Data Center di Indonesia, Antara Persaingan Sengit dan Oknum Meresahkan

SpekPintar – Para pengusaha data center di Indonesia lagi pada curhat nih, soal berbagai tantangan yang mereka hadapi. Mulai dari persaingan bisnis yang makin sengit, sampai praktik-praktik yang bikin geleng kepala dari oknum-oknum tertentu. Kondisi ini jadi lampu kuning buat perkembangan industri data center di Indonesia, padahal potensinya gede banget seiring dengan digitalisasi yang makin ngebut. Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) sendiri udah angkat bicara soal berbagai kendala yang menghantui para pemain industri ini, dari masalah internal sampai gangguan eksternal yang bikin pusing tujuh keliling.

Tantangan di Dalam Industri Data Center Sendiri

Di dalam ekosistemnya sendiri, industri data center Indonesia ini lagi bergulat dengan sejumlah tantangan yang nggak main-main. Salah satu yang paling mendesak itu soal sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Sekarang ini, kebutuhan akan tenaga ahli yang jagoan buat ngelola dan ngoperasiin data center modern itu lagi tinggi-tingginya, tapi sayangnya stok talenta yang ada masih jauh dari cukup.

Kurangnya SDM yang Kompeten

“Yang paling bikin pusing itu nyari orang yang beneran ahli,” celetuk seorang pengusaha data center yang nggak mau disebut namanya. “Industri kita ini lagi ngebut banget, tapi sayangnya nggak diimbangi sama jumlah talenta yang siap kerja.” Alhasil, banyak perusahaan yang akhirnya putar otak nyari solusi alternatif, misalnya dengan kerja sama bareng universitas dan lembaga pendidikan lainnya buat nyetak lulusan yang siap tempur di lapangan. “Kita berusaha banget buat mastiin talenta yang ada itu punya skill dan pengetahuan yang relevan sama kebutuhan industri,” tambahnya. Menurut data dari IDPRO, permintaan akan tenaga ahli di bidang data center ini diperkirakan bakal naik 30% tiap tahunnya dalam lima tahun ke depan. Kebayang kan, PR-nya gede banget!

Soal Keberlanjutan dan Monopoli Energi

Selain masalah SDM, isu keberlanjutan dan ketergantungan sama energi juga jadi tantangan yang nggak kalah serius. Data center itu butuh pasokan listrik yang gede dan stabil buat nyala 24/7. Kalau masih terus ngandelin energi fosil, dampaknya nggak cuma ke lingkungan, tapi juga bikin biaya operasional makin bengkak. Belum lagi, akses ke energi terbarukan itu masih terbatas dan banyak aturan yang bikin ribet.

“Sekarang ini, pasokan energi terbarukan masih didominasi sama PLN,” jelas Ketua Umum IDPRO, Hendra Suryakusuma. “Kita harus jalin kemitraan strategis sama mereka buat bisa dapat akses ke sumber energi yang lebih bersih.” Tapi, IDPRO nggak tinggal diam. Mereka terus berusaha buat mendorong penggunaan energi terbarukan di industri data center. “Kita aktif kolaborasi sama berbagai pihak, termasuk Kominfo dan PLN, buat bikin standar keberlanjutan buat data center di Indonesia,” tambahnya.

Praktik-Praktik yang Bikin Resah di Lapangan

Nggak cuma tantangan internal dan isu keberlanjutan aja, para pengusaha data center ini juga harus berhadapan sama praktik-praktik yang bikin resah di lapangan, yang bisa ganggu operasional dan ngerugiin bisnis. Praktik-praktik ini macem-macem, mulai dari pemerasan, korupsi, sampai intimidasi.

Kasus Korupsi K3

Salah satu contoh praktik yang bikin geram itu kasus korupsi terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Beberapa anggota IDPRO ngaku pernah dimintain duit “uang pelicin” biar bisa lolos dari pemeriksaan K3. “Kita diminta bayar sejumlah uang tiap bulan dengan alasan nggak memenuhi standar K3,” cerita seorang pengusaha data center yang jadi korban pemerasan. Kasus ini udah dilaporkan ke polisi dan lagi diproses secara hukum. “Kita apresiasi banget tindakan tegas dari aparat penegak hukum dalam menindak praktik-praktik korupsi yang ngerugiin industri,” kata Hendra Suryakusuma.

Pemalakan oleh Ormas

Selain kasus korupsi, para pengusaha data center ini juga sering jadi sasaran pemalakan oleh organisasi masyarakat (ormas) tertentu. Ormas-ormas ini seringkali minta jatah preman atau maksa perusahaan buat pakai jasa keamanan yang sebenernya nggak dibutuhin. “Ormas-ormas ini bener-bener bikin resah. Mereka sering dateng dan minta uang dengan berbagai alasan,” keluh seorang pengusaha data center. Kondisi ini jelas bikin para pengusaha nggak merasa aman dan nyaman dalam ngejalanin bisnisnya.

IDPRO ngimbau ke seluruh pengusaha data center buat nggak takut ngelaporin praktik-praktik yang bikin resah ke pihak berwajib. “Kita bakal terus koordinasi sama aparat penegak hukum buat memberantas praktik-praktik ilegal yang ganggu iklim investasi di industri data center,” tegas Hendra Suryakusuma.

Ke depannya, IDPRO berharap pemerintah bisa ngasih dukungan yang lebih besar ke industri data center, termasuk soal penyediaan SDM yang berkualitas, akses ke energi terbarukan, dan penegakan hukum yang tegas terhadap praktik-praktik yang bikin resah. Dengan dukungan yang memadai, industri data center Indonesia punya potensi gede buat jadi pemain utama di kawasan Asia Tenggara. ***

About salsabila

Audio freak sejak dulu. Headphone, TWS, soundbar? Gue cobain semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *