SpekPintar – Gelombang serangan siber di Indonesia makin menggila di awal tahun 2025. Menurut AwanPintar, platform yang memantau lalu lintas ancaman digital di Tanah Air, ada lebih dari 133 juta upaya serangan siber yang membidik Indonesia dalam enam bulan pertama tahun ini. Laporan ini jadi alarm keras buat kita semua, baik individu maupun perusahaan, untuk lebih waspada di dunia maya.
Sorotan Laporan AwanPintar Semester I/2025
Laporan berjudul “Indonesia Waspada: Ancaman Digital di Indonesia Semester I Tahun 2025” ini mengungkap beberapa temuan penting soal keamanan dunia maya. Data yang dikumpulkan AwanPintar menunjukkan kalau ancaman siber itu dinamis banget dan butuh strategi jitu untuk menghadapinya.
Wih, Jumlah Serangan Sibernya Bikin Geleng-Geleng Kepala!
Bayangin aja, selama enam bulan pertama 2025, tercatat ada 133.439.209 serangan siber! Artinya, tiap ada sekitar 9 serangan, tiap menit 512 serangan, tiap jam 30.718 serangan, dan tiap hari 737.233 serangan. Gila, kan? Ini nunjukkin kalau Indonesia jadi target empuk buat para penjahat dunia maya. Mereka nyerang berbagai sektor, mulai dari infrastruktur penting sampai bisnis kecil-menengah.
Mirai Botnet Balik Lagi, Nih!
Salah satu yang bikin khawatir adalah bangkitnya Mirai, botnet “jadul” yang ternyata masih berbahaya. Mirai ini memanfaatkan perangkat IoT (Internet of Things) yang keamanannya lemah buat melancarkan serangan. Nah, karena makin banyak orang Indonesia pakai perangkat IoT, potensi serangan Mirai juga makin besar. Soalnya, perangkat IoT itu seringkali keamanannya kurang, jadi gampang banget dibajak jadi bagian dari botnet.
Eksploitasi CVE Merajalela
Laporan AwanPintar juga menyoroti maraknya eksploitasi CVE (Common Vulnerabilities & Exposures). CVE itu semacam celah keamanan yang ada di software atau hardware. Para penjahat siber memanfaatkan celah ini buat masuk ke sistem dan jaringan tanpa izin. Kata Yudhi Kukuh, founder AwanPintar, “CVE itu kayak pintu yang nggak sengaja kebuka di sistem digital. Kalau nggak buru-buru ditutup, penyerang bisa masuk dan ngambil alih.”
Kok Bisa Turun Dibanding Semester I/2024?
Meski jumlah serangan siber masih tinggi banget, AwanPintar juga mencatat penurunan signifikan, sekitar 94,66 persen, dibandingkan semester pertama tahun 2024. Dulu, di periode yang sama tahun lalu, ada 2.499.486.085 serangan! Penurunan ini mulai kelihatan sejak November-Desember 2024. Mungkin, setelah Pemilu yang bikin heboh di 2024, kelompok peretas mengubah fokus atau strategi mereka. Tapi, jangan sampai penurunan ini bikin kita lengah, ya. Soalnya, potensi serangan siber tetap tinggi dan makin canggih aja.
Waspada dan Kelola Kerentanan Itu Penting Banget!
Menanggapi temuan ini, Yudhi Kukuh menekankan pentingnya kita semua untuk selalu waspada dan punya strategi manajemen kerentanan yang jitu. “Organisasi harus tetap waspada dan proaktif dalam strategi manajemen kerentanan mereka,” ujarnya dalam jumpa pers online. Manajemen kerentanan itu meliputi identifikasi, penilaian, dan perbaikan celah keamanan di sistem dan jaringan. Caranya bisa dengan rutin update software, pasang firewall, dan edukasi karyawan soal keamanan siber. Selain itu, kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat juga penting banget buat menghadapi ancaman siber ini.
Jenis Serangan Siber Apa yang Paling Sering Terjadi?
Laporan AwanPintar juga mengidentifikasi jenis serangan siber yang paling banyak terjadi di semester pertama 2025. Dengan tahu jenis serangannya, kita bisa lebih siap dalam membuat pertahanan yang efektif.
Generic Protocol Command Decode
Jenis serangan yang paling mendominasi adalah Generic Protocol Command Decode, yang mencapai 68,37 persen dari total serangan. Angka ini naik drastis dibandingkan 27,10 persen di semester pertama tahun 2024. Generic Protocol Command Decode itu serangan siber yang pakai teknik manipulasi atau mencampuradukkan protokol jaringan. Salah satu contohnya adalah serangan DDoS (Distributed Denial of Service) yang memanfaatkan kelemahan untuk melumpuhkan atau mendapatkan hak akses.
Serangan ke Port Komputer Juga Meningkat!
Serangan terhadap port komputer juga menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan. Penjahat siber aktif memindai dan mengeksploitasi port yang terbuka, membuka pintu bagi penyusupan dan pencurian data. Port yang terbuka tanpa pengamanan yang memadai bisa jadi jalan masuk bagi penyerang untuk mengakses sistem dan data sensitif. Makanya, penting banget untuk memantau dan mengamankan port komputer secara berkala.
Dengan makin kompleks dan banyaknya serangan siber, kewaspadaan dan tindakan proaktif jadi kunci untuk melindungi diri dari ancaman digital. Data dari AwanPintar ini jadi pengingat penting buat kita semua untuk terus meningkatkan keamanan siber dan beradaptasi dengan ancaman yang terus berubah. Investasi dalam teknologi keamanan, pelatihan karyawan, dan kerja sama lintas sektor adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan terpercaya. ***